Baca novel sunset holiday dikala Jogja lagi sering diguyur hujan agak sedikit aneh. Gimana nggak aneh rasanya kalau buku ini berkisah tentang perjalanan dua orang asing yang saling bertemu kemudian bersama-sama menjelajahi Eropa di liburan musim panas? Sedangkan kamu membaca kisah mereka sembari meringkuk di balik selimut karena kedinginan.
Sunset holiday adalah tipikal novel romantis yang ringan dibaca. Model novel begini memang cocoklah buat bacaan kurang serius tapi masih seru untuk dinikmati. Diawal-awal, sebenarnya ekspektasi saya tinggi waktu tahu novel ini bercerita tentang perjalanan di beberapa negara Eropa. Keliling Eropa masih jadi impian terbesar saya for the sake of everything. Oke, janganlah berkeliling. Bisa mengunjungi satu dua negara populer di Eropa, lihat bangunan kastil kayak di harry potter aja alhamdulillah ya 🙏😄. Tapi kisah sebenarnya novel ini lebih menonjolkan kisah utama dua orang asing bernama Audy dan Ibrahim 'Ibi' yang secara tidak sengaja bertemu di Paris. Ibi, seorang jurnalis sepak bola lepas yang akan meliput pertandingan di Paris, karena suatu hal akhirnya nebeng itinerary si Audy yang membuat mereka melakukan perjalanan Eropa berdua.
Pertemuan tanpa sengaja dalam sebuah novel sudah seperti hal klise. Bagaimanapun, kalau nggak ada suatu hal yang 'nggak sengaja' ini nggak mungkin jadi sesuatu yang menarik, nggak bisa jadi konflik. Tepatnya nggak bisa jadi novel 😅 .
Karena kisah utama tentang perjalanan Audy dan Ibi ini lah yang membuat Sunset Holiday tidak terlalu menyuguhkan 'Eropa' secara mendetail. Kisahnya lebih ke urusan perasaan mereka. Pergolakan batin mereka. Audy ke Ibi. Ibi ke Audy. But personally, sebagai orang yang masih ngarep-ngarep buat ke Eropa bisalah novel ini dijadikan sedikit referensi dan gambaran buat rute travelling. Kita diajak mampir ke kota-kota menarik seperti Amsterdam, Munich, Berlin, Venezia, Roma, Praha, Madrid, Barcelona, dan tentu saja Paris. Kisah travellingnya juga lumayan. Walau kebanyakan soal urusan booking tiket kereta, ngejar kereta, booking hotel, laper, makan, dan si Audy yang sibuk poto-poto di spot wisata sambil nyari oleh-oleh. Khas turis Indonesia banget!
Saya dibuat tidak sabar menanti kapan Ibi dan Audy saling mengungkapkan perasaan mereka. Padahal kentara sekali si Ibi ini tertarik sama Audy sejak awal. Sampai rela ngikutin bahkan ngarahin rencana perjalanannya si Audy. Lama-kelamaan juga Audy mulai merasa nyaman dengan Ibi. Sampai saya menyadari keduanya mulai tidak malu-malu bergandengan tangan, mengacak-acak rambut, berangkulan, berpelukan, bahkan berciuman! Waktu saya baca bagian berciuman itu, saya langsung membolak-balik halaman sebelumnya memastikan apakah mereka sudah saling mengungkapkan perasaan atau belum. Dan ternyata lebih banyak keraguan diantara keduanya untuk mengakui perasaan masing-masing. Membuat saya semakin gemas dan sepertinya itulah alasan kenapa saya membaca novel ini sampai habis.
Sejujurnya saya sangat menikmati karakter Ibi. Semakin memuncak ketika saya sampai pada bagian-bagian akhir novel ini. Karakter Ibi dibuat semakin manis. Apalagi waktu dia bilang:
"A bouquet of flowers is overrated. Aku yakin kamu lebih suka kalau dibawain cokelat ini dari Swiss"
Meski ending novel ini terkesan terburu-buru untuk diselesaikan dan sebenarnya juga sudah ditebak, tapi duet Nina Ardianti & Mahir Pradana mengemasnya dengan uraian monolog dan dialog yang menarik hingga ending dari kisah ini tak seklise kisah happy ending lainnya.
Xx
Comments
Post a Comment