MEMELUK KABUT DIENG

Seperti yang sudah pernah saya kira dulu,saya bakalan balik ke tempat ini lagi.
Ke sebuah "NEGERI PARA DEWA" alias DIENG - yang merupakan salah satu dataran tinggi paling indah di Pulau Jawa.
Kali ini saya memilih berkunjung ke tempat ini dipertengahan minggu alias hari rabu sore dengan alasan lebih sepi dan kebetulan saya lagi free hari berikutnya.

Dengan modal nekat,saya dari Cilacap udah sengaja mengajak temen ke sana. tapi,ketika perjalanan dari Purbalingga menuju Dieng kita tempuh dalam guyuran hujan!

Sebenarnya bukan hujan yang saya takuti,tapi mendekati daerah dataran tinggi di banjarnegara,semuanya menjadi gelap dan jarak pandang hanya sekitar 5 meter. saat itu sudah menjelang senja,kabut dengan tebalnya seolah nggak menghalangi saya buat tetep jalan terus.....jiah!
Kalau dibilang nekat sih cukup nekat,tapi hal-hal kaya gini kadang jadi hal yang mungkin bakalan diinget terus nyampe kapanpun.
Beberapa kali kita ngalamin kejadian yang cukup bikin dahi berkerut karena ada hal-hal aneh sepanjang perjalanan. pertama,karena ragu saya sempat bertanya sama orang di jalan,saat itu suasana sudah gelap dan kita lupa arah. kata orang tersebut kita harus lurus terus nyampe mentok dan belok disamping bank BRI.
Tapi nyatanya,ketika kita tiba di ujung jalan sebelah bank tersebut,saya nggak melihat ada belokan apapun. saat itu yang saya lihat hanya pagar,seperti pagar kayu yang tinggi. akhirnya,saya memutuskan buat terus memacu motor lurus ke sebuah jalanan kecil yang sangat gelap dan nyaris nggak ada orang. tapi,kita punya perasaan kalau kita salah jalur. pokoknya perasaan jadi gak enak banget. karena menuruti kata hati kita berbalik arah.
entah apa yang terjadi,tiba-tiba ketika berbalik arah,di sebelah bank BRI tersebut tiba-tiba terlihat ada jalan yang menanjak ke atas,padahal sebelumya ketika kita lewat depan tempat itu saya cuma melihat pagar kayu yang tinggi. absurd banget, gak tau ini kita yang salah lihat atau emang ada "sesuatu" di situ.
kedua,ketika kita sudah sekitar 5 KM menuju dieng. mendadak lampu motor mati. tanpa alasan. dalam hati udah teriak "mampus nih!"
jelas,ini aneh banget kenapa lampu motor mati mendadak? sempet frustasi beberapa menit karena saya udah membayangkan yang aneh-aneh karena kita sedang berada di jalanan gelap yang berkabut tebal plus jurang di kanan-kiri kita. tapi,gak lama setelah itu lampunya nyala lagi. akhirnya kita bisa melanjutkan perjalanan hingga tiba di dieng...
Sayangnya waktu itu gak sempet memfoto suasana malam di Dieng. ketika saya tiba sekitar jam 8 malam,suasana sudah begitu sunyi dan badan mengigil. akhirnya kita mampir di sebuah tempat makan yang menjual mie rebus. tempat yang terlihat hangat dan remang-remang serta terdengar deretan alunan lagu-lagu dari bang Iwan Fals. suasananya sangat hangat dan bersahabat sekali...
sejam kemudian,kita langsung nyari penginapan murah,cuma 100 ribu/malam. Ada banyak sekali pilihan homestay yang berjajar di area dieng sih,sekitar 200-250 ribu itu buat kalian yang pengen lebih nyaman. tapi ada juga pilihan kece buat yang punya keberanian lebih yaitu menyewa tenda di parkiran sekitaran sikunir yang biayanya sekitar 70-100 ribu. dengan syarat tahan dingin aja sih tapi semua akan terbayar dengan pengalaman tidur di samping telaga. kalau malam kawasan dieng ini bisa menyentuh -5 derajat celcius jika musim penghujan. tapi ketika saya kemarin kesana sih sekitar 6-8 derajat pada dini hari.
Kawasan dataran tinggi Dieng ini memiliki banyak sekali spot wisata yang jaraknya berdekatan. setidaknya butuh dua hari untuk mengunjungi semua destinasi di kawasan ini. tapi,tujuan paling menarik bagi kebanyakan orang adalah puncak sikunir dimana kita bisa melihat "golden sunrise" (JIKA) beruntung.
Waktu itu,saya sudah siap-siap menuju sikunir jam 4 pagi,jangan ditanya dinginnya seperti apa deh ya,kedua telapak tangan saya rasanya sudah susah buat menggengam.
Sekitar setengah jam kemudian,kita tiba di sikunir yang jaraknya sekitar 5 KM dari penginapan. btw,di daerah sikunir ini ada sebuah desa tertinggi di pulau Jawa bernama desa Sembungan.
Berhubung waktu itu sudah tiba sholat subuh,kita mampir ke sebuah masjid di kampung ini. entah kenapa,rasanya begitu eksotis. pas keluar masjid saya bahkan melihat taburan bintang di langit yang bikin mata tercengang,bahkan ada bintang jatuh juga. serius,ini indah banget!

Butuh sekitar 20-30 menitan untuk tiba di puncak sikunir ini. tapi,tergantung kondisi fisik tiap orang juga karena kita harus menaiki tangga menanjak dan menguras energi ditambah udara dingin yang menusuk. siap-siap ngos-ngosan buat yang jarang olah raga!
Hal ditunggu akhirnya tiba juga,setelah 5 jam naik motor,melewati kegelapan,menyingkap kabut,menaiki ribuan anak tangga dan lainnya, saya tiba juga di puncak sikunir ini. apalagi kalau bukan untuk melihat matahari terbit. perjuangan mengejar matahari terbit ini saat melelahkan sekaligus menyenangkan.

04:45 detik-detik menjelang matahari terbit. samar-samar terlihat pula Gunung Sindoro,Sumbing serta gunung Prau yang seolah dengan gagah siap menantang kita. tepat didepan saya ada gumpalan-gumpalan awan yang membuat kita seakan sedang melayang-layang di langit.
Menit-menit awal sungguh menakjubkan. memang benar,salah satu cara untuk lebih bersyukur pada Allah adalah dengan menikmati ciptaannya,pergi ke tempat-tempat indah dan merasakan kalau semua itu adalah hasil karyanya yang luar biasa...
TAPI...
Semua keindahan itu hanya berlangsung tak lebih dari 15 menit. oke,saya ulangi lagi, LIMA BELAS MENIT !!!!

Alam memang nggak bisa diterka. sama sekali gak ada yang mampu memprediksi keadaan. cuaca yang sangat jernih itu tiba-tiba di depan mata saya perlahan ada aliran kabut yang entah datang dari mana. mendadak kabut tebal menutupi semua pemandangan indah itu. gunung,matahari,perbukitan hijau yang terhampar luar serta kerlip lampu jauh di bawah sana mendadak lenyap dan semuanya putih. jarak pandangan mata hanya beberapa meter saja dan pastinya,kali ini jauh lebih dingin,mistis dan ada rasa kecewa karena belum puas menikmati semuanya. saya bahkan belum memotret semua keindahan sekitar. ah...
Nuansa keemasan mendadak berubah menjadi gelap,pucat,misterius dan berubah seperti ini...


Pukul 7 pagi,saya langsung balik ke penginapan dan ngecharge energi buat nanti ke tujuan-tujuan berikutnya. barulah sekitar pukul 9 langsung check out.
Saya langsung menuju ke area wisata Dieng,kita ditarik tiket masuk 10 ribu rupiah,itu sudah termasuk gratis menikmati 4 lokasi.
4 lokasi tersebut antara lain :
√Gardu pandang tieng
√kawasan dieng plateau (pastinya)
√Tuk Bima Lukar
√Dieng Plateau Theatre.

Tapi diluar 4 lokasi itu kita harus membayar sesuai dengan yang tarifnya masing-masing seperti,
√Candi Dieng
√Telaga Menjer
√Sikunir
√Kawah Sikidang
√Batu ratapan angin
√Flying Fox
√Telaga Warna dan
√Jembatan merah putih (siapapun yang berfoto di jembatan itu bakalan keren banget karena letaknya yang sangat menantang!) Ha! Ha!
Rata-rata tiket masuknya antara 3-15 ribuan kok,lumayan terjangkau.
Tujuan saya hari itu, "BATU RATAPAN ANGIN".
Di area Batu Ratapan kita bisa ber-out bond dengan biaya 35 ribu/orang. lokasinya pun cukup menantang. dengan deretan batu-batu serta tebing-tebing menjulang yang membuat kita bisa melihat Telaga Warna dari atas ketinggian serta petak-petak rumah dibawah sana yang terlihat bagai mainan yang tertata rapi dan tentu saja hijaunya perbukitan dieng ini.
Di tempat ini pula,saya sempet ngobrol sama petani setempat yang sekaligus menjaga parkir motor. kita ngobrolin pohon Carica yang merupakan tanaman yang hanya tumbuh subur di daerah ini.
Carica juga jadi bahan olahan yang berubah wujud menjadi manisan,keripik dll. saat itu,saya berkesempatan ikutan memanen carica ini dan membawa pulang 10 buah carica mentah untuk dibawa pulang. kwkwkk....
Tapi akhirnya saya juga membelinya di tempat oleh-oleh yang bertebaran di dieng.
Salah satu tempat gratis di dieng yaitu Dieng Theatre,tapi karena teman yang lain pada gak minat kesana,akhirnya saya mengalah. padahal kalau kita mau,kita bisa ke telaga warna lewat jalur rahasia di sekitar sini. hehe
Karena keterbatasan waktu,Saya sempat melewatkan beberapa lokasi sih,tujuan saya sekaligus jadi tujuan terakhir adalah kompleks Candi Arjuna.
Sebenarnya jika kita membeli tiket ke candi Arjuna sebesar 15 ribu rupiah kita juga bisa mengakses kawah cikidang secara gratis! jadi,bakalan rugi sedikit kalau kita ke kawah dulu baru ke candi. hehehe.
Tapi sebelum itu,saya sempat sarapan sekaligus makan siang di sebuah warung makan yang lokasinya persis sebelum belokan ke arah kawasan candi. ada warung Mie Ongklok yang rasanya luar biasa nikmat. serius,ini luar biasa sekali rasanya. perlu dicoba sesekali kalo mengunjungi dieng.

Kompleks Candi Arjuna merupakan candi Hindu,ada beberapa candi yaitu Candi Arjuna,Candi Semar,Candi Srikandi,Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. semuanya saling berhadapan dan saya gak bisa membedakan dari namanya. btw,ada juga museum di sekitaran candi tapi sepertinya jarang ada yang tertarik mengunjungi museum. ya gak?
Salah satu kelebihan liburan di hari biasa adalah lokasi tujuan kita sepi dan nggak sumpek. nggak terlihat banyak orang disana-sini. saya bisa membayangkan kalau di hari minggu datang ke tempat ini,pasti candi sekecil ini sudah penuh dikerubutin pengunjung.
Kawasan candi ini cukup luas dengan hamparan rerumputan yang luas serta bunga-bunga dan view perbukitan hijau yang jauh disana. well,entah kenapa jadi inget film india saat berada disini.
Kalau pengen liburan terasa lebih dramatis,bisa juga menyewa kuda di sekitar pelataran candi. hihi...
Candi Arjuna ini memang salah satu candi terkecil dan nggak ada apa-apanya jika membandingkannya dengan Borobudur atau Prambanan.
Jadi,kayaknya gak perlu juga membanding-bandingkan toh manusia modern kaya kita belum tentu bisa bikin yang candi :)
Oh iya,sebelumnya saya sempat melihat sebuah papan pesan menggelitik di sekitar telaga,hmmm....hayo,siapa yang suka bermaksiat? jangan dibangga-banggain ok?
Berhubung sudah jam 2 sore dan takut kemalaman dan kehujanan lagi akhirnya saya memutuskan untuk pulang karena butuh total 5 jam perjalanan untuk sampai di rumah. sebenernya kalau mau sih masih ingin sehari lagi berada di sini untuk mengunjungi Gunung Prau yang jadi sasaran para petualang. yahh,mungkin next time bakalan kembali lagi ke Dieng,Gunung Prau khususnya. Pasti.
#note tambahan :
√ Jalur dari Dieng menuju Kawasan Sikunir sekitar 5 KM. kebanyakan orang akan dateng sekitar jam 3-4 pagi. tapi banyak sekali jalanan kosong tanpa lampu. gelap gulita. serius,ini berbahaya banget.
Hal yang jadi pertanyaan saya,emangnya dari pendapatan pengunjung yang melimpah,dari pemerintah kota setempat nggak mampu bikin tambahan penerangan jalan?

hmmmm...entahlah,hanya mereka yang tahu.

Comments