Aku takut atau bingung?




Aku selalu takut untuk mencoba.
Selalu nyaman dengan biasa. Namun juga terlalu bosan dengan biasa.
Orang-orang silih berganti datang dan pergi tapi aku masih di sini.
Tak  ada yang ku lakukan selain memasang sebuah lengkung bibir.
Satu orang datang membawa sebuah kesempatan.
Tapi tak bertahan lama karena tak kubiarkan.
Karena apa?
Aku terlalu takut.
Takut akan sama atau bahkan jauh berbeda.

Diriku memiliki sebuah Ego.
Aku yang membuat keputusan. Membiarkannya memohon dan kuabaikan. Tapi sekarang ketika sebuah harapan menjauh, mengapa aku merasa kehilangan?
Karma menghukumku dengan sebuah kehampaan.
Aku tidak pernah melupakan olehnya.
Satu musim membuatku untuk bangkit karena  dia adalah anak adam yang mencoba membuat anak hawa kembali bersinar di senyumnya.
Tapi apakah aku terbawa?
Ya.
Namun tetap tak bisa melupakan sebuah masa.
Masa di mana tak bisa untuk tak menoleh kebelakang ataupun di belakang.
Masih mengingat dan berharap.
Sebenarnya apa yang kau harapkan wahai sang Puteri? Kau sudah membuangnya dan sekarang kau mengingatnya kembali saat sebuah harapan baru menantingmu.
Karena aku terlalu takut wahai jiwaku. Bisakah dia ataupun mereka semua membuatku mengalihkan atau bahkan bisa membuatku melupakan?
Kau tahu wahai jiwaku? Kenapa mereka hanya sebentar singgah?
Karena aku selalu berbohong.
Kepada mereka bahkan diriku.

Di saat aku bersama sang pangeran aku memiliki sebuah asa yang berbekas menyakitkan. Dia membawakan hal yang baru yang membuatku terbawa. Namun kadang dia tak membawa sebuah sopan.
Waktu menjadi bosan… dan diriku menjadi tersesat.

Sekarang aku mengusik diriku sendiri ketika seseorang mengulurkan sebuah harapan.
Aku selalu menilik, menoleh, bahkan mengenang apa yang ada dibelakangku dulu.
Dan aku sangat jahat untuk membandingkan dengan mereka yang datang.
Salahkan masa lalu yang datang dengan sebuah kesepesialan yang tak mereka miliki. Jadi apakah aku tetap salah?
Tapi mereka yang datang dengan harapan baru juga tak bersalah.

Apakah aku bisa bersama harapan baru walau di benak dan hatiku menempatkan sebuah harapan lama yang sudah ku tahu tak akan datang kepadaku?
Apakah waktu akan tetap diam? Tidak.
Tapi aku sangat takut…
Aku selalu berkubang dalam kecerobohan.
Memberikan sebuah harapan padahal diriku masih bertanya dan belum tetap.
Aku selalu bertanya bisakan aku untuk menerima?
Karena aku tahu, aku akan mengulang kesalahanku kembali.
Seperti sebuah lingkaran setan, aku terperangkap untuk terus menerus berputar di tempat yang sama.
Aku sungguh bimbang. Tapi aku sudah di ambang.
Namun di tengah-tengah.
Antara memiliki dan tidak memiliki sebuah harapan.
Seperti selalu membuka pintu untuk keluar, sama seperti aku membuka pintu untuk masuk kembali.
Terus seperti itu. Lagi dan lagi.

Dan aku takut untuk mencoba.

Itu yang di atas bukan puisi loh ya? hhah :v
.
.
.
Mryn Tia.
 01/08/2016

Comments