Opinion: Same But Different


Apa yang kalian rasakan saat menatap hal yang sama namun terasa berbeda?
Apa yang kalian pikirkan ketika sadar ada sesuatu yang hilang  dan terasa mengganjal?
Pernahkah kalian mencari jawaban mengapa emosi terkadang dapat mengalahkan rasionalitas?
Aku sendiri tak pernah mengerti... akan hal yang sama namun terasa berbeda.


Iya sama, tapi berbeda. Mungkin judul tulisan kali ini sedikit membingungkan, iya membingungkan.

Aku tidak pernah ingat sejak kapan aku terlahir dengan sifat introvert. Sifat pasif yang banyak dimasukkan dalam golongan negatif bagi sebagian besar orang. Sifat yang sering disamakan dengan pemalu.

Tidak, aku bukanlah orang yang pemalu dalam bersosialisasi. Bagiku introvert sedikit berbeda dengan pemalu. Aku hanya merasa nyaman di posisi ini. Merasa nyaman saat sendirian. Karena dengan sendiri aku bisa lebih produktif. Entahlah, bertemu dengan banyak orang terkadang membuatku lelah. Bukannya aku antisosial, aku bisa berkomunikasi dengan banyak orang dan memiliki teman. Tapi ada saatnya aku butuh waktu untuk diri sendiri.

Kalian sebenarnya tidak perlu berempati dengan kesendirian kami para introvert. Oh, ayolah... kami bukannya miris tidak punya teman, ini adalah kemauan kami sendiri. Inilah diri kami, tolong biarkan kami menjadi diri kami sendiri.

Ketika aku mengetahui bahwa aku adalah seorang INTJ, awalnya terasa aneh. Aku selalu bertanya, bahwa benarkah aku seperfeksionis itu? Benarkah INTJ mayoritas memiliki karakteristik yang sedikit mirip dengan penjahat? Apa itu artinya aku ini aneh?

Menjadi introvert dengan karakteristik INTJ bukanlah hal yang mudah untuk berhubungan dengan orang banyak. 

Dari dulu aku terbiasa berteman bukan dalam artian sesungguhnya dengan orang lain. Maksudku, aku berkomunikasi normal dengan mereka. Tertawa bersama, bermain bersama, tapi bukan teman seperti mereka yang aku harapkan. Bukan teman seperti itu...

Jadi, ketika aku bertemu dengan orang itu... aku merasa sangat beruntung.

Sangat sulit bagi orang penyangkal sepertiku menemukan teman yang cocok. Rasanya aneh ketika kalian berdua bersahabat namun memiliki perbedaan pikiran. Rasanya aneh ketika kau yang INTJ bersahabat dengan seorang ISFJ. Ketika kau berkomentar sarkastik, blak-blakan dan to the point, pasti terasa menyebalkan melihat orang yang bermulut manis, terlalu sabar, dan penahan diri. Tapi kami bisa. Saling mengisi celah yang membuat potongan puzzles menjadi lengkap.

Ketika dia datang dan membuka dirinya... Butuh waktu bertahun-tahun untuk kami saling mengerti satu sama lain. Sejak kami belum masuk sekolah sampai sekarang... awal kuliah. Sulit sekali membangun relasi kuat di antara kami. Namun, ketika bangunan relasi itu tercipta, hampir mustahil untuk menghancurkannya.

Aku memiliki sahabat.

Karena itu, ketika kami memasuki bangku kuliah, semuanya menjadi asing. Sungguh asing saat kau tiba-tiba tak melihat orang yang selama ini selalu ada di dekatmu. Sangat aneh ketika kau menyadari untuk bertemu tidaklah semudah dulu. Sungguh berbeda lingkungan keseharianmu tanpa orang itu.

Aneh...

Kehidupanku tetaplah sama. Berada dalam roda rutinitas yang bundar. Sama tapi berbeda ketika kami tak lagi bersama.

Aku sendiri tak paham mengapa bisa rasionalitasku tertutup dengan emosi yang sebenarnya konyol ini. Aku baru tahu bahwa sahabat seberarti ini. Aku baru mengerti bahwa ketika kau berpisah dengan sahabatmu, semuanya barulah terasa sangat menyedihkan.

Sungguh, aku tidak pernah peduli bahwa impian kami berbeda. Dari awal kami selalu satu pemikiran. Satu sekolah bahkan satu kelas. Kalau pun kelas kami berbeda, kami tetap saling menunggu satu sama lain. Tapi begitu kami sadar impian kami berbeda...

Semua baru transparan saat memasuki tahun awal kuliah ini.

Ketika dia mengincar ITB dan masuk ke bagian farmasi. Di sana aku harus membuka mata. Aku ingin menjadi dokter, mustahil untuk mengikutinya ke sana. 

Karena harapan mengalahkan kebersamaan.
Karena kami harus saling memahami satu sama lain.
Karena impian adalah hal yang harus kami raih.
Kami berpisah.
Membuat diri merasakan hal yang sama namun terasa berbeda.

Mungkin semua akan baik-baik saja. 

Sampai kita kembali bersama di masa depan.
Dalam sebuah relasi antara dokter dan apoteker.

Tenang saja, ada jutaan sudut pandang di dunia ini...
Yang membuat semua hal sama terasa berbeda.

Yang kita butuh sekarang adalah penerimaan...




Comments