[Fanfiction] Pangeran mancung dan Bundadari pesek

FFindo myungsoo reviewfilm2630 2015

Author : @reviewfilm2630


Judul : Pangeran mancung dan Bundadari Pesek


Cast : Infinite Myungsoo (L) - Lee Jieun (IU)


Genre : Humor / Comedy


Length : Oneshoot


Rated : Semua Umur


Disclaimer : Cast merupakan tokoh RPF, sementara ide cerita murni hasil mikir @reviewfilm2630


Happy Reading


~~~ 000 ~~~


Satu jam lagi tahun 2014 akan segera berakhir, berganti menuju lembaran baru di 2015. Saat ini hampir semua orang tengah bersiap menyambut tahu baru.

Rata-rata mereka mendatangi pusat-pusat keramaian, seperti pusat kota, tempat liburan, atau tempat-tempat lain yang mengadakan event tahun baruan.

Semuanya berkumpul dan bergembira dalam menyambut tahun kambing ini. Namun ada satu orang yang nampaknya tidak larut dalam gegap gempita pesta tahunan ini.

Dia adalah Kim Myungsoo atau biasa akrab di sapa Usso.

Myungsoo adalah seorang pangeran, bukan dalam artian yang sebenarnya. Pria itu bisa di bilang pangeran karena dari 6 saudara perempuannya, hanya dialah satu-satunya anak lelaki di keluarga itu. Secara tidak langsung dia adalah seorang putra mahkota di rumahnya.

Sekilas tentang Myungsoo. Dia adalah seorang berusia 22 tahun. Wajahnya tampan dan rupawan dengan kulit yang bersih dan seputih susu bear brand, mulus tanpa cacat. Jika berada di bawah sinar cahaya, siapapun yang melihat wajahnya akan merasa silau saking tampannya dia.

Myungsoo ingin sekali ngerayain tahun baruan di luar. Berlibur dengan keluarganya ke Cikijing atau hanya sekedar nongkrong-nongkrong cantik di sevel bersama teman-temannya. Dan nyatanya, semua itu hanyalah angan-angan dari pria yang di sebut-sebut mirip Kim Seungwon itu.

Alih-alih tahun baruan di luar, saat ini Myungsoo malah berada di kamarnya, nonton The Amazing Spiderman yang menjadi tayangan spesial tahun baru Trans TV. Dia iri sekali pada Wowoh yang saat ini lagi tahun baruan sama cemcemannya. Dia juga iri pada Gyupit yang mungkin saat ini sedang menikmati jagung bakar di puncak jonggol bersama keluarganya.

Myungsoo benar-benar iri binggow...

Di rumahnya tak ada tanda-tanda akan ada perayaan tahun baru atau semacamnya. Tak ada terompet atau pun topi kerucut berwarna-warni. Kediaman in terlalu damai.

Keluarga Myungsoo memang bukanlah keluarga yang terbiasa merayakan hal-hal semacam ini. Tak ada gunanya, kata mereka.

Meskipun di luar sana bunyi terompet sedang saling bertautan, keluarga ini terlalu cuek dan malah asyik sibuk dengan urusannya masing-masing.

Dengan remote TV berada di dalam genggamannya, Emaknya Myungsoo yang sedang menonton Tukang Bubur Naik Haji tampak menguasai ruang keluarganya. Kemudian ada juga babehnya Myungsoo yang asik bermain poker di Facebook seharian. Sementara saudari-saudarinya Myungsoo, ada yang sibuk maen Roleplayer, ada juga yang sedang asik Youtube-an, dan ada juga yang sibuk molor.

Fix, keluarganya memang sangat payah dan membosankan, pikir Myungsoo.

Maka dari itu Myungsoo lebih merasa nyaman berkumpul bersama Nam Wowoh dan Kim Gyupit. Namun ia sadar, tak selamanya teman itu berada bersamanya, adakalanya mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, seperti saat ini.

Myungsoo galau. Ia baru sadar kalau dirinya merasa kesepian.

"Ah, andai saja ada Doremon yang bisa mengabulkan semua permintaanku," gumam Myungsoo. Jika ada Doraemon, mungkin ia bisa menggunakan pintu kemana saja agar bisa pergi berlibur kemana pun ia mau.

Tanpa di sadarinya sebuah bintang jatuh terlihat membelah bumi ketika ia mengucapkan permintaan konyolnya tadi. Apa itu berarti Tuhan akan mengabulkan permintaanya?

Doraemon? Oh, tentu saja tidak, ini kan bukan Fanfiction Anime. Meskipun tak ada Doraemon, tapi Tuhan sudah mempunyai rencana lain agar malam tahun baruan Myungsoo lebih berwarna.

Tiba-tiba Myungsoo mendengar dentuman keras menghantam atap kamarnya. Saking kerasnya sehingga membuat layar TVnya mendadak "bersemut", mungkin ada sesuatu yang mengenai antena TVnya yang berada di atas genteng rumahnya.

Myungsoo me-mute suara TVnya. Cuping telingannya tampak waspada, memastikan kalau dirinya tak salah dengar. Namun suara itu kembali terdengar, berkasak-kusuk di atap kamarnya.

Myungsoo buru-buru bangkit, kemudian berjalan - atau lebih tepatnya berlari - menuju teras kamarnya. Udara dingin langsung menusuk kulitnya ketika ia membuka pintu. Wajar saja karena kamar Myungsoo berada di lantai 2, sehingga dengan mudahnya angin malam menerpa pria itu.

Myungsoo melongok ke atas genteng dengan susah payah. Ia bahkan harus menaiki pagar terasnya agar bisa melihat dengan jelas apa yang berada di atas genteng.

Mata Myungsoo terbelalak kaget ketika melihat sosok perempuan berambut panjang dan bergaun putih tengah berada di atas genteng rumahnya.

Myungsoo menatap tajam sosok perempuan itu, sementara jantungnya nyaris berhenti berdetak. Ia kemudian menjerit ketika menyadari malam itu adalah malam jumat kliwon.

"Astagfirullah, Kuntilanak!!!" seru Myungsoo dengan nada tinggi. Ia kemudian lari ke dalam kamarnya, lompat ke kasur dan bersembunyi di balik selimut.

Kampret, masa gue di katain kuntilanak, pikir gadis bergaun putih yang tengah merangkak di atas genteng.

Sementara di dalam kamar, Myungsoo yang bersembunyi di dalam selimut tampak ketakutan. Merinding rasanya saat ia melihat sosok yang di yakininya sebagai kuntilanak.

"Sialan, ngapain tuh Kuntilanak mangkal di atas rumah orang? Kaya gak ada tempat lain aja!" ujar Myungsoo menggerutu.

Hening...

... Hening

Hening...

Baca juga artikel : Review Fanfiction : This is Really Goodbye

Myungsoo mendesah pelan. Ia sudah 22 tahun, kenapa ia harus takut dengan seonggok kuntilanak? Gak kece banget deh kayanya, pikirnya.

Pria berhidung lancip itu kemudian keluar dari balik selimut dengan hati-hati. Dia boleh bersikap pemberani, tapi debaran jantungnya yang seirama musik dugem itu gak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia cukup takut juga.

Ahh, jangankan sama kuntilanak, si Usso mah sama kecoa terbang aja udah ngibrit, sembunyi di ketek emaknya. Dasar cowok cengcemen hahaha

Ketika Myungsoo turun dari ranjang, lantai yang ia pijak rasanya lebih dingin dari sebelumnya, sehingga membuat kakinya terasa kebas kaya nginjek es balok.

Dengan perasaan porno ehh parno, Myungsoo berjalan menuju teras kamarnya. Jujur, ia memang takut, tapi dia penasaran dan ingin memastikan sosok yang tadi di lihatnya.

Myungsoo sih berharap kalau ia salah...

Saat dia sudah sampai di teras kamarnya, pria bersurai hitam itu memejamkan ke dua matanya, sementara mulutnya tampak berkomat-kamit tak jelas.

Di dalam hatinya, Myungsoo merutuki sikapnya yang sok berani itu. Bagaimana kalau sosok gadis yang berada di genteng itu benar-benar Kuntilanak yang sedang menunggu tukang nasi goreng lewat?

Apa ia sungguh siap untuk melihat sosok itu untuk kedua kalinya? Jika melihat sifat Myungsoo yang cengcemen, harusnya sih tidak.

Masih dengan mata terpejam, Myungsoo menengadahkan sedikit kepalanya. Ia menelan ludah dengan susah payah, sementara jantungnya berdegup tak karuan.

Myungsoo mengatur nafasnya yang mulai memburu. Setelah merasa siap, ia kemudian membuka matanya secara perlahan. Awalnya mata Myungsoo sedikit kabur, namun setelah matanya terbiasa dengan bias cahaya yang memasuki retina matanya, pandangannya mulai berangsur-angsur semakin fokus dan jelas.

Hal pertama yang ia rasakan adalah shock. Sosok gadis bergaun putih itu ternyata masih ada di atas sana, duduk manis sambil nyengir kuda ke arah Myungsoo.

"Aish, Kuntilanak sialan!" desis Myungsoo.

"Lo tuh yang sialan!" sahut gadis itu.

Myungsoo mengernyitkan dahinya. "Astaga, Kuntilanaknya bisa ngomong!" kagetnya.

Gadis itu mengerling malas. "Hei, gue ini bukan Kuntilanak kelez!" protesnya.

"Terus kalau bukan Kuntilanak, apa dong? Mana ada cewek normal nangkring di atas genteng rumah orang lain!" kata Myungsoo tak percaya.

"Well, gue juga gak bisa di bilang cewek normal sih,"

"Tuh kan! Tuh kan! Lo ngaku sendiri kalau lo itu bukan cewek normal. Kalau bukan Kuntilanak, lo pasti Wewe gombel, kan?!" seru Myungsoo menuduh.

"Eh, tunggu dulu. Wewe gombel mah tetenya gede, kalau lo sih dempes." gumam Myungsoo seraya memperhatikan dada gadis itu.

"Yach! Dasar pria mesum!" kesal gadis itu sambil berusaha menutupi dadanya dari mata nakal Myungsoo dengan tangannya.

"Terus kalau bukan setan, lo itu siapa? Ngapain juga nangkring di atas rumah gue?" tanya Myungsoo. Rasa takutnya mulai berangsur hilang berganti dengan rasa penasaran.

Gadis itu berdehem, kemudian membusungkan dadanya. Ia lalu memperkenalkan dirinya. "Dengerin yah, nama gue adalah Lee Jieun. Gue itu bukan Kuntilanak atau Wewe gombel, bukan juga cewek sedeng yang suka naek ke genteng orang." Ia diam sejenak, kemudian melanjutkan, "Gue itu adalah Bundadari dari khayangan." ungkapnya.

Gadis itu diam sejenak, menunggu reaksi dari Myungsoo. Namun, pria itu malah memasang tampang poker face, nyaris tanpa ekspresi.

"Eh, kok gak kaget sih?" tanya gadis bernama Jieun itu.

"Dasar gila! Cewek itu pasti abis kabur dari Rumah Sakit Jiwa." gumam Myungsoo entah pada siapa. Tak ingin ketularan gila, ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya saja.

Jieun kesal karena Myungsoo berani-beraninya mengabaikannya. Gadis berambut panjang bergelombang itu kemudian menjentikan jarinya.

Tak berapa lama kemudian, Myungsoo yang hendak kembali ke kamar, menghentikan langkahnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya, rasanya menjadi ringan gimana gitu.

Secara perlahan, tubuh Myungsoo mulai terangkat naik. Kakinya sudah tak menginjakkan lantai lagi.

"I-Ige mwoya?!" pekik Myungsoo yang merasakan tubuhnya melayang di udara. Ia sungguh bingung dan kaget.

Perlahan namun pasti, tubuh Myungsoo melayang, menghampiri Jieun yang berada di atas genteng. Sementara Myungsoo, ia berusaha meronta-ronta dengan panik. FYI, Myungsoo memang agak takut dengan yang namanya ketinggian.

Ketika Myungsoo sudah berada di
sampingnya, Jieun kemudian menjentikan kembali jarinya. Dan seketika itu pula, Myungsoo harus berhadapan dengan yang namanya gravitasi.

Jarak antara bokongnya dan genteng
hanya beberapa cm saja ketika Myungsoo berhenti melayang. Pelan, namun mampu membuat pria itu sedikit tersentak.

Myungsoo mulai merasa panik ketika mulai menyadari dirinya sudah berasa di atas genteng. Tergelincir sedikit saja, ia bisa terjatuh dengan kepala menghantam tanah, kemudian mati. Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

"Astaga, ini gak lucu banget, sumpah!" seru Myungsoo kesal.

Jieun hanya terkekeh pelan. "Apa sekarang kau percaya kalau aku adalah
Bundadari?" tanyanya.

"Mana ada Bundadari idungnya pesek." jawab Myungsoo dengan nada mencibir.

"Kampret lo ngatain gue pesek!" kata Jieun marah. "Gue jatohin nih?!"

"Andwae, gue percaya, gue percaya!" sergah Myungsoo buru-buru ketika melihat Jieun menjentikan jarinya. Ia tak ingin mati muda gegara ngatain seorang Bundadari pesek.

Gadis yang menyebut dirinya Bundadari itu tampak puas. "Awas lo kalau ngatain gue pesek lagi, gue jadiin rujak cingur baru tahu rasa loh!" ancamnya.

"Ampun mastah," kata Myungsoo sambil berpura-pura menyembah Jieun.

"By the way in the way busway, apa yang di lakukan Bundadari yang berhidung mancung ini di atas genteng orang lain ya?" tanya Myungsoo dengan menekankan kata mancung.

"Lah, bukannya lo yang meminta gue datang kemari?" ujar Jieun balik bertanya.

"Gue yang manggil lo kemari?" Myungsoo menunjuk dirinya sendiri, dan di balas dengan anggukkan kecil yang mantap oleh Jieun.

Setelah di pikir-pikir, pria itu kemudian menyadari permintaan konyolnya beberapa saat yang lalu. Ia tak habis pikir karena Tuhan benar-benar mengabulkan permintaannya.

"Jadi, apa kau kemari untuk mengabulkan semua permintaanku?" Myungsoo terlihat antusias.

"Aniya," jawab Jieun singkat, jelas, dan nyelekit. Myungsoo langsung drop mendengarnya.

"Kalau begitu untuk apa lo datang kemari? Jangan-jangan lo mau nyulik gue buat di hisap darah sucinya, ya?!" tebak Myungsoo agak ketus.

Jieun lagi-lagi terkekeh saking gelinya. "Lo ini kebanyakan nonton sinetron ya hehehe" katanya.

"Malaikat Seungwon mengutus gue kemari hanya untuk menemani lo ngerayain tahun baru aja." ungkap Jieun kemudian.

"Malaikat Seungwon? Siapa itu, kok gue baru denger." Myungsoo penasaran.

"Dia itu adalah malaikat paling tampan dan rupawan di surga. Dia tak berhubungan langsung dengan dunia manusia, makanya lo gak bakal menemukannya di Alkitab manapun." kata Jieun menjelaskan.

"Ohh..." Myungsoo ngangguk-ngangguk. Sebenernya sih dia gak ngerti Jieun ngemeng apa, tapi ia beranggapan itu adalah rahasia ilahi, jadi ia tak perlu tahu lebih.

Myungsoo memperhatikan Jieun dari atas ke bawah. Rambutnya panjang bergelombang, hitam bersinar bak iklan Sunsilk. Wajahnya kecil dengan bibir mungil berwarna pink.

Jadi, Bundadari itu benar-benar ada ya. Kau Bundadari jatuh dari surga, di hadapanku, eaa. Oh, baby, wish me luck, wish me luck, aweeu. Ternyata lirik lagu itu benar adanya, pikir Myungsoo.

"Wae, kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu? Naksir ya?" tanya Jieun yang sadar tengah menjadi perhatian pria di sampingnya itu.

"Wedus, naksir dari Hongkong?!" sanggah Myungsoo. "Gue cuman lagi mikir, ternyata penampakan Bundadari itu sama aja kaya manusia biasa ya."

Jieun tersenyum geli. "Usso... Usso... Lo itu polos atau bego sih? Lo pikir ini adalah wujud asli gue?"

"Kelihatannya sih gitu," jawab Myungsoo gak yakin.

"Kalau itu memang bukan sosok asli lo, lalu seperti apa wujud Bundadari yang sebenernya?" Myungsoo kembali bertanya.

"Sttt, rahasia!" gadis itu menempelkan jari telunjuk di bibir mungilnya.

Myungsoo mengerang malas. "Lo itu benar-benar penuh dengan rahasia ya." katanya.

Jieun hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman kecil. Bukannya ia tak mau menjawab, hanya saja di dunia ini banyak rahasia yang tak boleh di ketahui oleh manusia, termasuk tentang dirinya.

Myungsoo kembali memperhatikan Jieun, kali ini gaun putihnya yang menarik perhatian Myungsoo.

Astaga, gadis ini sepertinya benar-benar gila. Di tengah cuaca dingin seperti ini, kenapa dia harus memakai baju tipis seperti itu? Pikir Myungsoo.

Pria itu kemudian menanggalkan sweater miliknya. Bukannya ia ingin sok gentleman, hanya saja ia tak tega kalau harus melihat seorang gadis kedinginan di depannya.

"Ini, pakailah. Kau pasti kedinginan, kan?" Myungsoo menyodorkan sweaternya pada Jieun.

Jieun melirik sweater itu sekilas. "Gak usah. Gue gak butuh itu." katanya.

"Wae, emangnya lo gak kedinginan?"

Jieun menggeleng pelan. "Gue itu Bundadari. Gue gak mengenal rasa dingin, lapar, atau pun ngantuk." ungkapnya.

"Wah, daebak!" ujar Myungsoo kagum.

"Daebak? Menurut lo itu keren? Seharusnya kau bersyukur terlahir sebagai manusia. Kami para Bundadari dan malaikat sebenarnya iri dengan segala sesuatu yang bisa kalian rasakan." ujar Jieun, pandangannya menerawang ke langit gelap.

"Maksudnya?" tanya Myungsoo. Otaknya emang rada lemot, dia cuman modal tampang doang.

Jieun menoleh ke arah Myungsoo, "Ada deh, pokoknya lo sendiri yang harus mencari tahu apa arti sesungguhnya bersyukur." ujarnya sembari tersenyum.

Baca juga artikel :  Review Korean Drama : Emergency Couple 

Sekilas, Myungsoo tertegun dengan senyuman manis Jieun yang di terpa indahnya cahaya bulan. Ia tak tahu, kalau itu hanya sepersekian persen pesona yang di miliki oleh seorang Bundadari. Jika ia melihat sosok asli Jieun, mungkin ia bisa tepar saking terpesonanya.

Myungsoo mengerjapkan matanya. Ia merasa wajahnya panas, padahal cuaca malam itu terbilang cukup dingin.

"Kenapa lo?" tanya Jieun yang menyadari sikap aneh Myungsoo.

"Ah, aniya..." jawab Myungsoo. Jelas sekali ia sedang gugup. "Gue laper..." katanya kemudian, asal ngomong aja sih dia mah.

"Lo mau makan apa?"

Myungsoo menatap Jieun dengan pandangan menyelidik. "Ngapain nanya-nanya? Emang mau beliin?" tanyanya dengan nada sinis.

"Cih, jangan remehin Bundadari deh!" ujar Jieun, tersinggung.

Jieun kemudian menjentikan jarinya, dan dalam sekejap mata, sebuah jagung bakar dengan asap yang mengepul sudah berada di tangannya. Myungsoo tampak kagum dengan kemampuan Jieun, saking kagumnya ia bahkan sampai cengo.

"Daebak, dapet dari mana lo?" tanya Myungsoo. Ia mengambil jagung bakar yang di tawarkan oleh Jieun.

"Dari sana, noh!" Jieun menunjuk ke arah pekarangan rumah tetangga Myungsoo.

Dari atas genteng, Myungsoo dan Jieun bisa melihat tetangganya itu sedang mengadakan barbeque party dan bakar-bakar jagung di pekarangan rumahnya.

Myungsoo yang sedang menggigit jagung bakarnya langsung tersedak. Pria berhidung mancung itu membelalakan matanya, kaget.

"Lo nyolong?!" pekik Myungsoo setengah berteriak.

Jieun mengusap telinganya karena merasa terganggu dengan teriakan Myungsoo yang berada tepat di sebelahnya. "Aish, woles aja, mas bro. Mereka mah ilang satu jagung juga gak bakalan sadar kok," ungkapnya.

Myungsoo menghela nafas, pasrah. Mau ngemeng apa juga dia gak bakal menang kalau ngemeng sama si Jieun.

"By the way, lo mau nyobain gak?" Myungsoo menawarkan jagung bakarnya.

Jieun menggeleng pelan. "Kan gue udah bilang, Bundadari itu tidak mengenal kata lapar." katanya.

Tanpa persetujuan Jieun, Myungsoo langsung menyodorkan jagung bakarnya tepat di bibir Jieun.

"Coba saja dulu, enak loh." Myungsoo tersenyum. Kalau di pikir-pikir ini baru pertama kalinya pria itu tersenyum pada Jieun.

Jieun sempat tercekat dengan sikap Myungsoo yang tiba-tiba. Ia tak bisa menolak karena jagung bakar yang di sodorkan Myungsoo sudah berada di hadapannya, bahkan nyaris menyentuh bibirnya.

Dengan malu-malu kucing garong, gadis itu mulai menggigit jagung bakar itu. Hangat dan manis adalah hal yang pertama di rasakannya.

"Enak, kan?" tanya Myungsoo penasaran.

Jieun mengangguk pelan. Ia tak mau menatap mata Myungsoo secara langsung. Entah mengapa hubungannya keduanya jadi agak sedikit canggung.

Myungsoo menengadahkan wajahnya ke langit. Ia membiarkan udara malam menerpa wajahnya. Ia sudah lupa kapan terakhir kali merasa tenang seperti malam ini.

"Tadinya gue pikir, malam tahun baruan gue akan sangat membosankan. Tapi kedatangan lo membuat malam tahun baruan gue lebih berarti." ungkap Myungsoo mencurahkan isi hatinya.

Myungsoo menoleh, begitu pula dengan Jieun, sehingga keduanya kini saling memandang satu sama lain.

"Gue sangat bersyukur bisa bertemu dengan Bundadari seperti lo." kata Myungsoo.

Dan tepat setelah Myungsoo mengatakan isi hatinya. Berpuluh-puluh kembang api tampak menghiasi langit malam. Dari tempat mereka saat ini, pesta kembang api di luar sana tampak terlihat indah.

Myungsoo dan Jieun terdiam, sementara di luar sana bunyi terompet saling bertautan, menandakan tahun 2014 sudah berakhir, berganti menuju awal 2015. Belum lagi bunyi-bunyi letupan kembang api yang cahayanya menyinari ke dua insan muda itu.

"Apa sekarang lo seneng?" tanya Jieun.

Myungsoo mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari Jieun.

Jieun tersenyum. Ia kemudian berkata, "Itu artinya tugas gue selesai sampai sini saja." katanya.

"Maksud lo?"

"Kan gue udah bilang kalau tugas gue adalah untuk menemani lo malam tahun baruan," Jieun kemudian menunjuk ke arah langit. "Lo liat kembang api-kembang api itu? Itu artinya tugas gue sudah selesai sampai sini." ungkapnya.

"Lo mau pergi?" Myungsoo tampak tak rela.

Jieun mengangguk. "Tentu saja, ini kan bukan tempat gue." katanya.

"Yah, padahal kita baru bertemu sebentar," keluh Myungsoo.

"Meskipun sebentar, tapi lo seneng kan?" tanya Jieun.

Myungsoo mengangguk dengan mantap.

"Gue juga seneng bisa bertemu dengan lo, Kim Myungsoo." ungkap Jieun yang kini mulai melayang di depan Myungsoo.

"Apa kita bisa bertemu lagi?" tanya Myungsoo sebelum Jieun benar-benar pergi.

Jieun hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman. Ia kemudian menjentikan jarinya seperti biasa, tepat di depan wajah Myungsoo.

Bagaikan terbius, pandangan Myungsoo mulai kabur, hingga akhirnya gelap dan kesadarannya mulai berangsung hilang.

"Kalau kita berjodoh, kita pasti bertemu lagi, Kim Myungsoo..." samar-samar Myungsoo mendengar suara Jieun sebelum kesadarannya benar-benar hilang sepenuhnya.

= Tamat =


***


Tadinya ff ini aku buat untuk special tahun baru, tapi kayanya telat banget ya hahaha

Meskipun telat gak apa-apalah, toh ff ini tadinya terinspirasi ketika aku lagi ngobrol sama akun RP yang entah dari grup mana hahaha

Ini murni hasil mikir saya. Kalaupun ada kesamaan dalam penokohan dan cerita, itu memang di sengaja hahaha

Reader yang baik adalah reader yang habis baca langsung pencet like dan memberikan komentar dengan sopan dan santun. Karena kalau gak komen, author gak akan segan-segan kirim santet ke rumahmu *eh*

Gak tahu cara komentar? Jamban juseyo!

Nah, kalau kalian mau chit-chat dengan authornya yang tampan rupawan menggelora bung karno, kalian bisa mention ke twitter @reviewfilm2630 atau search facebook author reviewfilm2630

Dan kalau mau baca fanfiction Seungwon lainnya, mampir saja ke sini : reviewfilm2630.blogspot.com

Gomawo, salam cipok dari author yang kegantengannya mewah seperti emas dan menggoda seperti coklat ini.

Baca Fanfiction Lainnya :

Comments