[Fanfiction] Derita Anak Kost Di Akhir Bulan

INFINITE-s-Sunggyu-sheds-tears-during-recent-filming-for-High-Society





Judul : Derita anak kost di akhir bulan


Cast : Infinite Kim Sunggyu


Genre : Hidayah


Length : Oneshot


Rated : Semua Umur


Disclaimer : Ini cuman Fanfiction. Cast merupakan tokoh RPF, sementara ide cerita murni hasil mikir @reviewfilm2630 setelah bertapa di gunung cikijing.


Cuap-cuap Author : Hallo, sudah lama nih gak bikin ff pake cast Infinite. Dan entah kenapa harus si Sunggyu yang jadi tokoh di ff ini, mungkin karena tampangnya bullyable kali ya #kemudian-author-di-hajar-inspirit


Ada beberapa kawan Inspirit di facebook yang bertanya, apa author udah gak suka sama infinite lagi ya? Soalnya sekarang bikin ffnya pake exo mulu.


Author cuman bisa jawab, ahh mungkin cuman kebetulan aja sekarang ffnya pake cast exo mulu. Saya masih suka kok sama infinite.


Tapi yah, emang sekarang lagi gak seaktif dulu kok. Jangankan infinite, update info snsd bahkan kpop aja udah jarang. Cuman sekedar tahu aja paling.


Dan juga kenapa saya malah curhat? Hahaha


Yah, pokoknya selain karena kesibukan di dunia nyata, banyak hal yang membuat saya jadi jarang nulis ff. Dan saya terlalu males untuk ngejelasinnya.


Tapi saya terhura ketika masih ada yang mengingat saya meskipun udah jarang bikin ff. Aseli rasanya kaya di hargai gitu hikseu hikseu


Stop curhat. Selamat membaca aja deh. Inget, ini cuman fanfiction, jadi jangan terlalu serius bacanya. Saya tekankan lagi, ini cuman fanfiction, bukan curhat atau pengalaman author. Kalaupun ada kesamaan tokoh, tempat, dan ide cerita, ya emang di sengajalah.



***

Matahari terbenam, hari mulai gelap. Terdengar burung hantu, suaranya merdu. Kuuk... Kuuk.. Kuuk...

Aneh sekali, padahal hari masih petang tapi para burung hantu itu udah berkuuk-kuuk ria. Apa gak kepagian ya istilahnya? Ah, sudahlah mungkin mereka sudah lelah dan merasa lavar.

Ngomong-ngomong di cerita kali ini author gak bakal ngomongin burung hantu kok. Author mau menceritakan sebuah kisah pilu dari seorang anak rantau yang harus menderita di akhir bulan.

Sebuat saja namanya Kim Sunggyu. Usianya sekitar xxx, berasal dari kampung nun jauh di sana. Saat ini dia tercatat sebagai mahasiswa yang merantau di ibu kota.

Jadi ceritanya sore itu Sunggyu sedang berada di dalam sebuah bilik ATM yang berada di sekitar kampusnya. Pemuda bertubuh agaj tambun itu hanya bisa menghela nafas berat ketika mata sipitnya menatap jumlah saldo yang tersisa di rekeningnya.

Mau tahu gak berapa saldo rekening pemuda berpandangan sempit alias sipit itu? Saldonya cuman tersisa 500 perak saja pemirsa.

Wkwkwk, miris banget yee idupnya. 500 Perak mah buat pipis di toilet umum aja gak bakal cukup pffft

Yah, tapi masih mending si Sunggyulah di rekeningnya masih ada sisa gope, lah rekening author malah udah tinggal nol perak wkwkwk #curhat #berharap-ada-yang-mau-transfer

Oke, kembali ke cerita. Kim Sunggyu jelas kecewa ketika melihat saldo di rekeningnya. Ia berdecak kesal saat mengingat awal bulan lalu ia menghabiskan uang bulanannya untuk foya-foya bersama teman-temannya.

"Grrr, ini semua gara-gara si Myungsoo..." gerutu Sunggyu yang menyalahkan Myungsoo, teman nongkrongnya.

Myungsoo memang jadi biang keladinya. Di saat Sunggyu baru di transfer uang bulanan oleh orang tuanya, Myungsoo dateng dengan sejuta rayuan dan tipu muslihat. Dengan menawarkan gemerlap kehidupan ibu kota, Sunggyu akhirnya tergoda dengan bisikan setan Myungsoo.

Akibat uangnya di pakai party-party, baru tanggal 20an saja dompet Sunggyu udah mulai kanker, alias kantung kering. Dompetnya sih masih tebel, tapi sayang buka tebel karena banyak duit, melainkan tebel karena banyak bon utang di dompetnya hihihi

Meskipun awal bulan masih sekitar semingguan lagi, Sunggyu nekat meminta uang kepada orang tuanya di kampung. Orang tuanya jelas marah karena Sunggyu menghabiskan jatah bulanannya dengan tidak bijak.

Meskipun orang tua Sunggyu adalah juragan beras di kampungnya, tapi mereka gak boros dalam mengelola keuangan. Mereka cenderung hemat dalam hal pengeluaran, atau bahasa belandanya mah medit alias pelit hehehe

Saat terakhir menelepon, orang tuanya langsung menutup telepon begitu saja tanpa kejelasan apakah mereka akan mentransfer sejumlah uang atau tidak. Meskipun begitu Sunggyu dengan rajin tetap mengecek rekeningnya. Dan seperti yang kita tahu, saldo rekeningnya masih gope, itu artinya Sunggyu belum mendapat transferan.

Sunggyu keluar dari bilik ATM dengan wajah di tekuk. Aura di sekelilingnya tampak gelap, seolah-olah ada dementor yang mengelilinginya.

Nungguin transferan yang tak kunjung dateng itu sakitnya di sini! #unjuk jerawat.

Hal seperti ini memang tidak terjadi pada Sunggyu seorang. Ratusan bahkan ribuan mahasiswa rantau di luar sana mengalami nasib yang serupa. Makanya ada istilah untuk anak kost, "Awal bulan makan di restoran, tengah bulan di warteg, dan akhir bulan makan Indomie".

Hari semakin gelap ketika sang matahari sudah berada di ufuk sana. Matahari sore membuat penampilan Sunggyu semakin kucel dan kumel, sehingga membuat dirinya semakin terlihat seperti rakyat jelata iyuwh banget.

Saat itu Sunggyu melewati cafe tempat dirinya dan Myungsoo beserta teman-teman lainnya nongkrong. Sebuah cafe elit yang siap merampok isi dompet Sunggyu.

"Ahh, aku jadi ingin makan steak," ucap Sunggyu sambil melihat cafe itu dari kejauhan seraya mengusap-usap perutnya yang buncit.

Sunggyu memutuskan untuk segera pergi. Saat ini cafe itu hanya bisa menjadi tempat impian bagi Sunggyu yang duitnya pas-pasan. Lagian ia juga tak mau bertemu teman-temannya dalam keadaan kismin seperti sekarang.

For your information, ketika kita sudah bertekad untuk hidup hemat, teman adalah setan yang paling sering memberikan godaan. Contohnya, saat teman tiba-tiba mengajak nonton film Annabele di bioskop atau bukber bersama di cafe mahal. Niscaya uang yang sudah kau jaga baik-baik akan melayang begitu saja huhuhu

Ketika Sunggyu hendak kembali ke kostannya, di sepanjang jalan banyak sekali hal-hal yang menggoda iman. Seperti segarnya es buah yang dingin dan manis. Lalu ada pula gorengan-gorengan yang menggugah selera, cilok dengan bumbu kacang yang lekoh, hingga nasi goreng yang wanginya semriwing-semriwing.

Selama perjalanan pulang Sunggyu di buat ngiler oleh jajanan-jajanan yang menggugah selera, namun ia tidak bergeming karena dirinya sudah bertekad untuk berhemat.

Dengan langkah gontai pemuda itu masuk ke dalam sebuah rumah makan sederhana, sebut saja warteg bahari. Di sana ia harus menelan ludah susah payah ketika ia melihat pengunjung lain yang makan paha ayam.

Sunggyu ileran, doi juga pengen makan paha ayam kaya pengunjung lain, namun apa daya ia tak punya cukup duit buat membelinya. Kasihan sekali pemuda itu ckckck #kasih-receh

Lamunan Sunggyu langsung buyar ketika seorang mbak-mbak gembrot berdaster bunga-bunga mengagetkannya.

"Holla, selamat sore, ada yang bisa di bantu?" tanya mbak-mbak itu ramah ala mbak-mbak KFC.

Sunggyu tergagap. Otaknya masih gak konek karena salah fokus dengan bau paha ayam yang semerbak di dalam warteg.

"Mau di bungkus atau makan sini?" mbak-mbak itu kembali bertanya dengan ramah.

"Di bungkus aja deh," jawab Sunggyu.

Mbak-mbak itu kemudian mengambil kertas nasi. Asap langsung mengepul ketika rice cooker di buka. Harum semerbak beras pandan wangi cianjur langsung terasa sehingga membuat setiap orang yang menciumnya langsung kelaparan.

Duh, kayanya enak nih makan nasi kecap pake kerupuk black di bejek-bejek. #kismin-mode on

"Lauknya apa, mas?" tanya si mbak setelah membungkus nasi. Di tangan kanannya ia memegang sebuah sendok sayur seraya bersiap mengambil pesanan Sunggyu.

Mata sipit Sunggyu menerawang setiap masakan yang berada di etalase. Kalau boleh memilih, Sunggyu sebenernya pengen makan semua masakan yang ada, namun ia keburu sadar diri kalau dirinya lagi bokek saat ini.

"Udah nasi aja deh, mbak," ucap Sunggyu parau. Ia merasa sakit hati. Ke warteg cuman beli nasi doang itu, sakitnya tuh di sini.

"Gak mau nyoba oseng tomcatnya nih? Enak loh masih anget," kata si mbak menawarkan.

Sunggyu menggeleng pelan.

"Kalau sayur ketek asemnya gimana? Seger loh sore-sore gini makan sayur asem,"

Lagi-lagi Sunggyu menggelengkan kepalanya. Wah, sepertinya dia bener-bener bertekad untuk hidup hemat. Buktinya bisikan setan yang terkutuk ehh maksudnya godaan mbak-mbak gembrot itu dapat di abaikannya.

"Hmm, kalau paha atau dada ayam mau gak? Ini paha-paha import dari Zimbabwe loh," Mbak-mbak itu terus menawari Sunggyu. Ia tetap bersikeras menawarkan dagangannya meskipun terus mendapatkan penolakan.

Sungguh pegawai teladan si mbak ini. Namun sayang, pegawai seperti inilah yang menjadi musuh terbesar mahasiswa kismin seperti Sunggyu.

Kali ini Sunggyu terdiam untuk beberapa saat, sementara si mbak mulai menyunggingkan seutas senyum kemenangan. Namun apakah si Sunggyu akan tergoda untuk membeli paha dan dada si mbak ehh maksudnya dagangan si mbaknya deh.

Sunggyu kemudian merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah domper persegi berwarna krem.

Pemuda itu hanya bisa menghela nafas panjang tat kala ke dua mata kecilnya menatap isi dompetnya. Di dalam sana hanya ada selembar uang yang tersisa, selain bon-bon hutang tentunya.

Dengan sisa uang yang tinggal 5000 perak, sebenernya Sunggyu masih bisa membeli sepotong paha ayam. Namun, jika ia membelinya, maka uangnya akan habis tak tersisa.

Sunggyu menyerah. Ia memang sangat ingin makan paha ayam, tapi ia tak ingin mengambil resiko tak punya uang sama sekali. Yah, meskipun sisa uangnya sekarangpun gak ngaruh apa-apa.

"Gak usah deh, mbak. Saya ambil nasinya aja." kata Sunggyu pasrah seraya menyodorkan uang terakhirnya itu.

Si mbak tampak kecewa karena gagal mempengaruhi Sunggyu untuk membeli dagangannya. Senyum ramah yang sedari tadi mengembang di wajahnya kini telah sirna, berganti dengan raut masam yang tidak menyenangkan.

Sebelum pergi Sunggyu menyempatkan diri untuk bertanya sesuatu pada si mbak.

"Mbak, saya pengen beli paha ayamnya, tapi kasbon dulu boleh gak?" tanya Sunggyu dengan nada ragu. Sepertinya ia sedang mencoba tawar-menawar dengan si mbak warteg.

Si mbak itu kemudian mendelik ke arah Sunggyu. "TIDAK BOLEH, DI SINI NO KASBON. ENYAH KAU DARI WARUNGKU!!!"

Ia mengusir Sunggyu sambil berteriak-teriak. Si mbak ini kayanya sensi banget ngedenger kata kasbon sehingga membuat emosinya meledak.

Sunggyu buru-buru ngacir sebelum merasakan amukan badai mbak-mbak warteg. Setelah Sunggyu keluar dari warteg, si mbak langsung nempel sebuah kertas berisi himbauan di kaca depan warungnya.

Pengumuman itu berbunyi, "Gak terima kasbon. Mahasiswa kismin dilarang masuk. Kalau masih nekat, centong melayang pokoknya mah!"

Hari sudah mulai gelap ketika Sunggyu sampai di kostannya. Kostan Sunggyu kebetulan memang tepat berada di samping bahari, sehingga everyday everytime dia bisa mencium aroma ayam goreng.

Kostan Sunggyu berukuran 3x3 meter. Di dalamnya terdapat beberapa barang khas anak kost seperti kasur, lemari, dan meja belajar. Tak banyak barang memang.

Tv samsung 21 inc yang biasa menemani hari-hari Sunggyu sudah tak ada. Karena beban ekonomi yang semakin berat, ia harus menjual semua barang mewahnya seperti tv dan hape.

Karena sudah tak mampu membayar paket bbm lagi, kini Sunggyu beralih menggunakan hape 100 ribuan yang biasa di pakai buat ngelempar anjing galak.

Sunggyu terlihat kecewa saat mendapati persediaan Indomie miliknya tinggal tersisa satu bungkus. Ahh, entah sudah berapa kali rasanya ia menghela nafas hari ini.

Dengan menggunakan kompor gas portabel miliknya, Sunggyu langsung memasak Indomie rasa ayam bawang terakhirnya. Ia merasa sedih. Padahal di awal bulan ia bisa kenyang makan steak, tapi di penghujung bulan dia malah harus makan Indomie pakai nasi.

Namun sepertinya kesialan Sunggyu belum berakhir hari itu. Sesaat setelah ia memasukan mie ke dalam panci kecil berisikan air, tiba-tiba saja api di kompor gasnya mendadak mati.

"Ahh... Yang bener aja keleus..." keluh Sunggyu seraya menceklak-ceklik saklar kompor. (?)

Fix, nampaknya gasnya habis. Keabisan gas pas lagi masak Indomie tuh sakitnya di sini. Sunggyu terlihat stress dan frustasi. Ingin rasanya ia bergoyang dombret di pinggir jalan tol karena saking kesalnya.

Tak hilang akal, Sunggyu langsung memindahkan mie yang sudah terlanjur di celupkan ke dalam air itu ke dalam panci lain. Pemuda itu memutuskan untuk memasak menggunakan kompor listrik saja.

Jika di lihat dari kabelnya yang udah di gigit kabel pada beberapa bagian, gak meledak aja udah untung kayanya.

Dan benar saja pemirsa, tepat setelah Sunggyu nyolokin kabelnya, listrik langsung mati sehingga membuat kamarnya gelap gulita.

"Astaga, apa lagi sekarang?" gerutu Sunggyu yang sudah jengkel dengan semua kesialan yang menimpanya hari ini.

Dengan langkah gontai, Sunggyu berjalan ke luar kamar. Setiap kamar di kostan itu mempunyai meteran listrik sendiri-sendiri. Sehingga jika terjadi korsleting listrik seperti tadi, maka tidak akan berpengaruh pada kamar lain.

Listrik kembali menyala ketika Sunggyu menaikan saklar meteran listriknya. Namun baru beberapa langkah ia masuk ke dalam kamar, tiba-tiba listrik kembali mati. Namun kali ini di ikuti bunyi beep-beep yang menandakan saldo pulsa meterannya sudah habis.

"AKHH....." Jerit Sunggyu seraya mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia tak menyangka kalau kesialannya benar-benar to the max hari ini.

Pada akhirnya malam itu Sunggyu gelap-gelapan di kamarnya. Cahaya dari sebatang lilin menjadi satu-satunya sumber penerangan yang ada di ruangan itu.

Sunggyu jadi seperti sedang ikut acara dunia lain saja. Ahh, paling apes juga di sangka lagi jaga lilin sama tetangganya buat jadi hamster ngepet hehehe

Sambil menatap nanar cahaya lilin, Sunggyu tiduran di atas kasur yang awalnya tebal dan empuk. Namun entah karena kasurnya murahan atau karena emang Sunggyunya yang keberatan, kasur itupun terlihat dempes saat ini.

Sunggyu tengah meratapi nasibnya sebagai anak kost yang menderita di akhir bulan. Sesekali dia ngegadoin mie yang udah terlanjur basah itu. Rasanya sakit sekali di setiap kunyahannya.

Makan Indomie yang mentah nggak, masak juga nggak itu emang gak enak rasanya. Nanggung banget deh pokoknya.

Sunggyu baru sadar ternyata menjadi anak kost itu tidak gampang. Hidup jauh dari keluarga membutuhkan time management serta pengelolaan pengeluaran yang sangat baik. Karena jika tidak, kejadian yang lebih buruk dari sekarang bisa saja terjadi.

Sunggyu terisak. Ia tak mau menjadi gembel iyuwh di kota orang. Sendirian, gak punya duit, dan juga gak ada yang mempukpuk. Membayangkannya saja sudah membuatnya sedih.
~ TAMAT ~

Reader yang baik adalah reader yang habis baca langsung pencet like dan memberikan komentar dengan sopan dan santun. Karena kalau gak komen, author gak akan segan-segan kirim santet ke rumahmu *eh*

Gak tahu cara komentar? Jamban juseyo!

Cara komentar gampang kok, tinggal masukan nama dan email (asal aja emailnya), terus url bisa di isi atau nggak, abis itu isi kolom komentar terus kirim deh, gampang kan hehehe

Nah, kalau kalian mau chit-chat dengan authornya yang tampan rupawan menggelora bung karno, kalian bisa mention ke twitter @reviewfilm2630 atau search facebook author Kim Seungwon.

Gomawo, salam cipok dari author yang kegantengannya mewah seperti emas dan menggoda seperti coklat ini.

Comments